Pengertian Afektif dan Skala nya dalam dunia pendidikan

Dalam dunia pendidikan, seorang guru pasti ingin selalu melakukan yang terbaik dalam proses pembelajaran yang diberikan terhadap peserta didiknya. Begitu pun sebagai peserta didik untuk ingin selalu memberikan yang terbaik terhadap seorang guru agar memiliki nilai yang bagus. Selain itu peserta didik memiliki keinginan untuk mengetahui proses hasil pembelajarannya sejauh mana tingkat pemahaman yang dimilikinya. Seorang guru wajib melakukan evaluasi terhadap peserta didiknya apabila tujuan yang ingin dicapai masih belum maksimal. Dalam proses pembelajaran ada beberapa hal yang ingin dicapai oleh seorang guru terhadap peserta didiknya yakni diantaranya aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik. Kekuatan-kekuatan aspek tersebut diupayakan oleh seorang guru agar dimiliki oleh peserta didiknya. Namun disini yang akan dibahas adalah kekuatan aspek afektif yang dimiliki oleh peserta didik untuk merefles ulang pemahaman penulis terkait aspek afektif yang kemaren sore sudah dipresentasikan dalam memenuhi tugas dosen Evaluasi Pembelajaran yakni Bapak Wahab. Lantas , bagaimana seorang guru untuk mengetahui kekuatan dari aspek afektif yang dimiliki oleh peserta didik? Yaitu di dalam dunia pendidikan dalam proses pembelajaran terdapat yang namanya intrumen pengukuran yaitu berupa skala. Skala merupakan pedoman hasil observasi yang dimiliki oleh pendidik untuk mengetahui kualitas dari setiap peserta didik yang dimiliki baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Skala ini sangat penting digunakan oleh pendidik dengan mengamati secara langsung proses perkembangan peserta didik setelah berbagai proses pembelajaran dilewati seperti penyampaian materi maupu gestur tubuh yang ditampilkan oleh peserta didik. Karena hal ini sangat mempengaruhi kondisi peserta didik terhadap aspek afektif yang dimilikinya. Tentu aspek afektif akan terbentuk apabila aspek kognitif (proes berfikir) dimiliki dengan intensitas tinggi oleh peserta didik. Sehingga dengan demikian peserta didik akan mengekspresikan hasil dari proses kognitif yang dilalui. Lantas, apa itu aspek afektif? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) afektif adalah berkenaan dengan perasaan (seperti takut atau cinta), mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi dan mempunyai gaya atau makna yang menunjuk perasaan. Menurut Adersen, ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Kemampuan afektif berhubungan erat dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengandalkan diri. Keseimpulannya bagi penulis adalah afektif merupakan sikap ataupun perilaku yang mampu dimapilkan oleh peserta didik dan diejawantahkan dalam kehidupan sehari-sehari. Untuk mengetahu kekuatan afektif yang dimiliki oleh peserta didik seorang guru dapat menggunakan instrument skala penilaian dalalam proses pembelajaran. Terdapa berbagai macam instrumen skala yang digunakan oleh seorang guru dalam dunia pendidikan namun hanya terdapat 4 macam skala yang sering digunakan oleh seorang guru diantaranya skala Thurstone, skala Likert, skala beda semantik, dan skala Guttman. Skala ini memiliki tujuan dan cara masing-masing. Di mulai dari skala pertama yakni Thurstone. Skala Thurstone adalah skala yang disusun agar peserta didik sebagai responden memilioh pernyataan yang ia setujui dari beberapa bernyataan yang menyajikan pandangan berbeda-beda. Contoh NO Pernyataan Setuju Tidak Setuju 1 Saya suka belajar sosiologi 2 Pelajaran sosiologi bermanfaat 3 Saya berusaha hadir setiap ada pelajaran sosiologi 4 Saya berusaha memiliki buku pelajaran sosiologi 5 Pelajaran sosiologi membosankan 6 Saya tidak senang kepada cara guru sosiologi mengajar Yang kedua, yakni skala Likert adalah skala yang dibuat untuk mengukur presepsi, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekolompok orang terhadap fenomena sosial dengan item yang sudah ditentukan. Contoh memilih item seperti : Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Entah (E), Setuju (S), Sangat setuju (SS). NO Pernyataan SS S E TS STS 1 Saya suka belajar sosiologi 2 Pelajaran sosilogi bermanfaat 3 Saya berusaha hadir setiap ada pelajaran sosiologi 4 Saya berusaha memiliki buku pelajaran sosiologi 5 Pelajaran sosiologi membosankan 6 Saya tidak senang kepada cara guru sosiologi mengajar Yang ketiga,, yakni skala Guttman adalah skala yang dikembangkan oleh Luis Guttman yang digunakan jika penilai menginginka untuk merancang kuesioner singkat yang mampu membuat pembedaan kemampuan dan responden. Dalam skala Guttman, ada pengertian bahwa pertanyaan/pernyataan yang lebih atas membaqahi pertanyaan/pernyataan dibawahnya. Contoh sebagai berikut : (Paling khusus) Apakah Anda ingin belajar Diferensiasi sosial? Apakah Anda ingin belajar Startifikasi sosial? Apakah Anda ingin belajar golongan kelas bawah di dalam sosial? Apakah Anda ingin belajar golongan kelas menengah dan atas di dalam sosial? (Paling umum) Jika anda setuju dengan pertanyaan nomor 2, berarti anda setuju dengan nomor 3 dan 4. Yang keempat, skala Semantik adalah skala yang mengharuskan responden memilih di antara dua kutub yang berlawanan. Pilihannya mendekati kutub mana dan dinyatakan dengan memberikan tanda cek dibawah kolom yang dipilih. Contoh sebagai berikut : No A B C D E F G H I 1 Menyenangkan Membosankan 2 Sukar Mudah 3 Bermanfaat Sia-sia 4 Menentang Menjemukan Skala diatas diwajibkan oleh peserta didik untuk memilih kutub yang berlawan dengan item yang sudah ditentukan. Perasaan dan emosional yang dimiliki oleh peserta didik itu lebih terhadap item yang mana (yang lebih mendekati). Itulah pemahaman si penulis atas kondisi afektif dan alat skalanya yang digunakan oleh pendidik. Saran dan kritik membangun sangat diharapkan bagi si penulis. Yakin Usaha Sampai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Mahasiswa Baru dengan Berorganisasi dan Selektif Memilih

Revitalisasi semangat juang perkaderan menuju arah juang hmi kedepan

Awas Bucinisme