Filsafat( Kebijaksanaan Manusia ).
Manusia merupakan sumber kekayaan yang dimiliki oleh setiap bangsa. Manusia mampu mengubah dunia kearah yang diinginkan dengan akal dan nafsunya dengan saling menopang satu sama lain. Manusia memiliki kehendak untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tak terhingga. Dengan keinginan-keinginan yang dimiliki oleh manusia dari hal kecil hingga besar yang tidak bisa dikontrol akan mampu membuat dan menjadikan manusia terperangkap ke awal penderitaan. Karena itulah salah satu keserakahan manusia yang dimiliki akan tentu berimplikasi terhadap potensi besar kerusakan moralitas di masyarakat. Orang yang mengejar kekayaan seringkali diejek dengan berbagai sebutan mata duitan, perampok, dan lain sebagainya. Hanya saja kehidupan yang sepenuhnya dicurahkan untuk mengejar kekayaan pada prinsipnya adalah kehidupan yang tidak berguna, kecuali kita tahu bagaimana kekayaan itu diubah menjadi dengan sebuah kenikmatan. Namun hal itu tidaklah gampang melainkan dibutuhkan proses-proses tertentu untuk mencapai kenikmatan. Kenimatan inilah yang dicari merupakan wujud dari kebijaksanaan yang diejawantahkan dalam kehidupan didunia nyata ini. Hal itu memerlukan seni sendiri, peradaban, dan kebijaksanaan. Laki-laki seribu kali lebih bergairah untuk menjadi berbudaya, meskipun sangat pasti bahwa keberadaanya jauh lebih bisa memberikan kebahagiaan daripada apa yang dimilikinya. Seorang manusia yang tidak mempunyai kebutuhan mental dinamakan tidak berbudaya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan waktu luangnya, ia bingung mencari sensasi-sensasi baru dari satu tempat ketempat lain dan akhirnya ditakhlukkan oleh kebosanan yang selalu membayang-bayanginya. Sehingga dengan demikian dibutuhkanlah kebijaksanaan dalam hidup. Lantas, bagaimana untuk mencapai kebijaksanaan dalam hidup? Yaitu tidak lain dengan memperkaya dan menguatkan dimensi ilmu pengetahuan. Karena manusia ini pada hakikatnya merupakan pemimpin. Pemimpin tidak hanya dikonotasikan terhadap presiden, wakil presiden namun pemimpin lebih dari segalanya dan hal yang terpenting adalah memimpin diri sendiri. Menurut Kanda Maimun (Dosen IAIN Madura) terdapat 3 dimensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yakni dimensi intelektualitas, emosional, dan spiritual. Dimulai dimensi yang pertama yaitu dimensi intelektualitas adalah proses kognitif seseorang yang dilalui dengan belajar baik melalui sumber kitab suci, buku-buku sejarah, benda-benda dalam kebudayaan maupun pengalaman diri. Yang kedua dimensi emosional yakni kecerdasan sosial dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Yang ketiga adalah dimensi spiritual yakni kecerdasaan menguasai nilai-nilai ayat suci perintah dalam agama dengan tujuan batin/rohani menjadi kuat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga dimensi itulah yang harus manusia diupayakan agar dalam menghadapi hidup didunia nyata ini tidak terjebak kedalam keserakahan dengan menyadari bahwa kehidupan didunia hanyalah sesaat. Sehingga apabila ketiga tersebut dimiliki dan diperkuat akan berimplikasi terhadap tindakan yang diejawantahkan dengan nilai-nilai kebijaksanaan dalam hidup agar mampu menjadi manusia yang diharapkan oleh Agama dan Bangsa. Kekurangan milik penulis dan kelebihan hanyalah milik Allah Swt.
Komentar
Posting Komentar