Idul Fitri di Tengah Covid 19 Marilah Saling Memaafkan
Hari raya Idul Fitri sebentar lagi akan dirayakan oleh umat Muslim se-Dunia termasuk salah satunya Negara Indonesia. Tentunya perayaan Idul Fitri menjadi hari raya yang sangat ditunggu-tunggu khususnya oleh umat Muslim di Indonesia. Selama berjuang 30 hari dalam melaksanakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan saatnya di akhir umat Muslim akan meraih kemenangan bersama atas dilewatinya karena mampu berpuasa menahan lapar, haus, makan (Jasmani) dan hal-hal yang dapat membatalkan ibadah puasa lainnya seperti menahan amarah, emosi, nafsu, dan hal-hal lain yang berhubung dengan (Rohani) untuk menuju kemenangan di hari Idul Fitri. Idul Fitri, ringkasnya memiliki makna fitrah adalah keadaan suci tanpa dosa dan kesalahan. Kata fitri berasal dari kata afthara yufthiru (arab) yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa. Disebut Idul Fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan keadaan kaum muslimin yang tidak berpuasa Ramadhan. Artinya di hari Idul Fitri ini umat Muslim sudah tidak menahan lapar dan haus lagi sesuai dengan arti kata afthara yufthiru keadaan yang berbuka. Idul Fitri juga sebenarnya hari-nya makan. Hal ini berdasar pada hadist riwayat Tirmidzi, “Hari Raya Idul Fitri adalah pada hari di mana semua orang makan”. Hadist ini menjadi dasar pengharaman semua puasa. Meskipun punya hutang puasa atau kafarat maupun nazar, tetap dilarang dijalankan pada tanggal 1 Syawal. Sebab, Allah SWT menyediakan waktu kepada hamba-Nya untuk menikmati hidangan hari raya.
Momen tersebut akan menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia yang biasa-nya menyiapkan hidangan-hidangan spesial seperti kue lebaran maupun makanan khas daerah masing-masing untuk mempersiapkan kedatangan tamu baik dari keluarga terdekat, keluarga jauh, hingga tetangga yang ada di sekitar-nya. Selain itu tradisi untuk saling memaafkan dengan berkunjung ke tempat yang satu dengan tempat yang lain merupakan bagian tradisi yang sangat penting bagi umat Islam menyadari bahwa manusia tidak luput dari salah dan dosa. Selain itu sebelum masuk ke hari Idul Fitri biasanya pada malam hari-nya menggelar takbiran di berbagai tempat baik di Masjid hingga di tempat-tempat jalan raya dengan ada-nya Takbir keliling yang tentu juga bagian tradisi dari umat Muslim di Indonesia. Namun ada situasi yang membuat semua-nya disebutkan diatas tidak akan berjalan seperti Lebaran biasa-nya karena saat ini Indonesia masih dilanda musibah Pandemi Covid 19, karena Covid 19 ini merupakan virus yang mudah menyebar antara satu dengan yang lain seperti dalam kerumunan, makanya ada kebijakan dari pemerintah yaitu PSBB (Pembatasan Skala Besar) atau istilahnya “Social-Phiscyal Distancing” (Pembatasan Jaga Jarak). Hal itu akan membuat lebaran di tahun 2020 ini menjadi lebaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Aktifitas pola interaksi sosial akan semakin pasif di saat diberlakukannya berbagai kebijakan bahkan juga terdapat kondisi psikologis kekhawatiran tertular apabila berinteraksi secara kerumunan. Di sisi lain kerabat-kerabat dari jauh seperti di pulau jawa tidak akan bisa mudik ke kampong halaman mereka, seperti yang ada di kerabat dari Surabaya, Malang dan sekitarnya karena kebijakan lockdown yang diterapkan di berbagai kota oleh pemerintah. Hal tersebut semua dilakukan demi untuk memutus rantai penyebaran Covid 19. Yang pasti dengan demikian akan tercipta-nya pola perubahan sosial baru di tengah Idul Fitri ini sehingga berimbas terhadap tradisi-tradisi yang mulai luntur yang biasanya menjadi kebiasaan dalam perayaan Lebaran.
Bahkan shalat Idul Fitri pun ditiadakan contoh yang terdapat di kota-kota besar terutama daerah darurat Covid 19 sesuai himbauan dari MUI. Tradisi saling bertamu untuk mengunjung ke rumah kerabat baik dekat/jauh, tetangga akan tidak kita jumpai seperti tradisi-tardisi lebaran biasanya. Hal ini akan menjadi kesedihan sendiri bagi umat Muslim yang ingin meraih kemenagan Idul Fitri salah satunya mampu saling memafkan dengan berkunjung dengan rumah-rumah orang yang disayainginya. Biasanya juga di hari Idul Fitri merupakan waktu yang dijadikan untuk saling berkunjung dengan yang lain dalam cengkeraman Silaturahim, akan menginjakkan rindu semakin terdalam. Paling mereka hanya bisa saling bersilaturahim melalui media seperti Handphone atau Gadged. Masih mending dapat menyambung silaturahim dengan adanya media tekhnologi yang semakin canggih ini. Tapi semuanya itu bukan menjadi kesedihan yang terus berlarut bagi seorang Muslim sejati. Karena kejadian ini bukan merupakan kejadian yang terjadi secara kebetulan melainkan muslim yang beriman beranggapan kejadian ini merupakan rangkaian alur Tuhan yang akan indah pada waktu-nya (Kodrat Ilahiyah) selain itu harus memunculan (Intropeksi Diri). 30 hari sudah melewati bulan Ramadhan dengan saling menahan kondisi Jasmani dan Rohani, kini saat-nya akan merasakan kemenagan.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah RA. Mengatakan bahwa ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu sedikit”. Artinya seorang mukmin yang memiliki kategori ciri-ciri diterima puasa-nya adalah dapat meneruskan amal-amal baik selama di jalankannya di bulan Ramadhan dan ia mampu meneruskannya walaupun itu sedikit asal istiqomah dengan selalu taat dan memiliki rasa takut atas larangan-Nya. Tentu Ini memang menjadi tantangan bagi umat muslim terlebih penulis dan semua pembaca sebagai muslim yang dapat meraih kemenangan esensial di bulan Ramadhan menuju Idul Fitri. Dengan kesadaran hati yang terdalam telah beribu-beribu dosa yang kembali dilakukan namun Allah selalu memberi kesempatan untuk dapat berbakti pada-Nya. Mari saling memafkan satu dengan yang lain dan sadarilah kita sebatas manusia biasa yang berlumuran dosa namun Allah selalu memberikan kesempatan dan Rahmat bagi seluruh makhluk-nya. Kita juga tidak akan ada yang tahu di tahun berikut-nya apakah dapat bertemu dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, semua-nya hanyalah Kuasa dan rahasia Ilahi. Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin..
Momen tersebut akan menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia yang biasa-nya menyiapkan hidangan-hidangan spesial seperti kue lebaran maupun makanan khas daerah masing-masing untuk mempersiapkan kedatangan tamu baik dari keluarga terdekat, keluarga jauh, hingga tetangga yang ada di sekitar-nya. Selain itu tradisi untuk saling memaafkan dengan berkunjung ke tempat yang satu dengan tempat yang lain merupakan bagian tradisi yang sangat penting bagi umat Islam menyadari bahwa manusia tidak luput dari salah dan dosa. Selain itu sebelum masuk ke hari Idul Fitri biasanya pada malam hari-nya menggelar takbiran di berbagai tempat baik di Masjid hingga di tempat-tempat jalan raya dengan ada-nya Takbir keliling yang tentu juga bagian tradisi dari umat Muslim di Indonesia. Namun ada situasi yang membuat semua-nya disebutkan diatas tidak akan berjalan seperti Lebaran biasa-nya karena saat ini Indonesia masih dilanda musibah Pandemi Covid 19, karena Covid 19 ini merupakan virus yang mudah menyebar antara satu dengan yang lain seperti dalam kerumunan, makanya ada kebijakan dari pemerintah yaitu PSBB (Pembatasan Skala Besar) atau istilahnya “Social-Phiscyal Distancing” (Pembatasan Jaga Jarak). Hal itu akan membuat lebaran di tahun 2020 ini menjadi lebaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Aktifitas pola interaksi sosial akan semakin pasif di saat diberlakukannya berbagai kebijakan bahkan juga terdapat kondisi psikologis kekhawatiran tertular apabila berinteraksi secara kerumunan. Di sisi lain kerabat-kerabat dari jauh seperti di pulau jawa tidak akan bisa mudik ke kampong halaman mereka, seperti yang ada di kerabat dari Surabaya, Malang dan sekitarnya karena kebijakan lockdown yang diterapkan di berbagai kota oleh pemerintah. Hal tersebut semua dilakukan demi untuk memutus rantai penyebaran Covid 19. Yang pasti dengan demikian akan tercipta-nya pola perubahan sosial baru di tengah Idul Fitri ini sehingga berimbas terhadap tradisi-tradisi yang mulai luntur yang biasanya menjadi kebiasaan dalam perayaan Lebaran.
Bahkan shalat Idul Fitri pun ditiadakan contoh yang terdapat di kota-kota besar terutama daerah darurat Covid 19 sesuai himbauan dari MUI. Tradisi saling bertamu untuk mengunjung ke rumah kerabat baik dekat/jauh, tetangga akan tidak kita jumpai seperti tradisi-tardisi lebaran biasanya. Hal ini akan menjadi kesedihan sendiri bagi umat Muslim yang ingin meraih kemenagan Idul Fitri salah satunya mampu saling memafkan dengan berkunjung dengan rumah-rumah orang yang disayainginya. Biasanya juga di hari Idul Fitri merupakan waktu yang dijadikan untuk saling berkunjung dengan yang lain dalam cengkeraman Silaturahim, akan menginjakkan rindu semakin terdalam. Paling mereka hanya bisa saling bersilaturahim melalui media seperti Handphone atau Gadged. Masih mending dapat menyambung silaturahim dengan adanya media tekhnologi yang semakin canggih ini. Tapi semuanya itu bukan menjadi kesedihan yang terus berlarut bagi seorang Muslim sejati. Karena kejadian ini bukan merupakan kejadian yang terjadi secara kebetulan melainkan muslim yang beriman beranggapan kejadian ini merupakan rangkaian alur Tuhan yang akan indah pada waktu-nya (Kodrat Ilahiyah) selain itu harus memunculan (Intropeksi Diri). 30 hari sudah melewati bulan Ramadhan dengan saling menahan kondisi Jasmani dan Rohani, kini saat-nya akan merasakan kemenagan.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah RA. Mengatakan bahwa ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu sedikit”. Artinya seorang mukmin yang memiliki kategori ciri-ciri diterima puasa-nya adalah dapat meneruskan amal-amal baik selama di jalankannya di bulan Ramadhan dan ia mampu meneruskannya walaupun itu sedikit asal istiqomah dengan selalu taat dan memiliki rasa takut atas larangan-Nya. Tentu Ini memang menjadi tantangan bagi umat muslim terlebih penulis dan semua pembaca sebagai muslim yang dapat meraih kemenangan esensial di bulan Ramadhan menuju Idul Fitri. Dengan kesadaran hati yang terdalam telah beribu-beribu dosa yang kembali dilakukan namun Allah selalu memberi kesempatan untuk dapat berbakti pada-Nya. Mari saling memafkan satu dengan yang lain dan sadarilah kita sebatas manusia biasa yang berlumuran dosa namun Allah selalu memberikan kesempatan dan Rahmat bagi seluruh makhluk-nya. Kita juga tidak akan ada yang tahu di tahun berikut-nya apakah dapat bertemu dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, semua-nya hanyalah Kuasa dan rahasia Ilahi. Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin..
Komentar
Posting Komentar