Plotinus Tokoh Filsuf di Abad Filsafat Pertengahan
Filsafat Abad Pertengahan
Pesan Moral
Tokoh-tokoh filsuf dalam dunia Filsafat patut dipelajari bagi kalangan Mahasiswa. Why? Karena mereka para filsuf-filsuf terdahulu memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perubahan dunia baik secara akal (Pikiran) dan aktualisasi dalam tatanan kehidupan. Disisi lain belajar Filsafat akan memberikan cara berfikir mahasiswa dalam berbagai sudut pandang dalam kebebasan berfikir. Salah satu hilangnya kebijaksanaan dalam diri manusia adalah malas berfikir lebih mendalam. Penulis ingin merefleksikan pemahaman seorang tokoh filsafat di abad pertengahan yaitu Plotinus.
Kehidupan Plotinus
Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada umur 40 tahun ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Tahun 270 ia meninggal di Minturnae, Campania, Italia. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set, tiap set berisi 9 karangan, masing-masing set itu disebut ennead, seluruhnya ada 6 ennead.
Ennead pertama berisi masalah etika, mengenai masalah kebajikan, kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan masalah pencabutan dari kehidupan. Ennead kedua membicarakan fisik alam semesta, tentang bintang-bintang, potensialitas, aktualitas, sirkulasi, gerakan, kualitas dan bentuk, juga berisi kritik pedas terhadap gnostisisme. Ennead ke tiga berisi implikasi filsafat ttg dunia, seperti masalah iman, kuasa tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam. Ennead ke empat berisi ttg sifat dan fungsi jiwa yaitu ttg imortalitas jiwa, penginderaan, dan ingatan. Ennead ke lima berisi ttg pembahasan ttg roh ketuhanan, diterangkan ajaran idea. Dan yang terakhir ennead ke enam berisi ttg topik seperti kebebasan kemauan, ttg ada yang menjadi realitas.
Tentang Jiwa
Untuk memahami filsafat Plotinus kita harus memahami filsafatnya ttg jiwa. Menurutnya jiwa adalah kekuatan Iilahiyah sebagai sumber kekuatan manusia. Alam semesta berada di dalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat dibagi. Jiwa setiap manusia itu berbeda maka dari itu jiwa itu merupakan tunggal dan setiap manusia memiliki jiwa masing-masing. Namun diantara jiwa itu ada kesatuannya.
Jiwa yang satu masuk kesegala sesuatu yang berjiwa tetapi tidak membelah dirinya. Jiwa berada di tempat badan, ajaran Plotinus mengajarakan bahwa jiwa itu sudah ada sebelum adanya badan. Jiwa yang bersih tidak ada lagi ikatannya dengan dunia, ia akan kembali menyatu dengan Tuhan. Jiwa sebagian itu berasal dari Tuhan, maka dari itu manusia memiliki akal dalam berfikir di dalam jiwanya sebagai makhluk yang berjiwa pemikir menuju Ilahiyah.
Jiwa yang kotor harus hidup kembali ke dalam kehidupan yang lebih rendah seperti orang jahat, pada hewan ataupun tumbuhan sesuai dgn tingkatan jiwa tsb. Menurut ajaran Plotinus jiwa yang dikatakan tinggi itu adalah berkontlempasi bersama Tuhan, Tuhan hanyalah yang di fikirkan dan lepas dari semua yang ada di muka bumi ini. sementara jiwa yang dikatakan masih rendah yaitu ingatannya hanya kepada sesame manusia, tumbuhan, hewan atau yang ada di muka bumi ini.
Etika dan Estetika Plotinus
Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya ttg politik. Ia mengatakan bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik. Tidak seperti pengikutnya, Augustinus misalnya, Plotinus tidak begitu menganggap tinggi kehidupan pertapa, perenungan itulah yang lebih penting. Seperti Budha, ia mencari pencerahan spiritual. Dalam persoalan ini Plotinus mengatakan manusia memiliki kebebasan. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan dalam melakukan kebaikan sesuai dengan ajaran agama.
Manusia jahat akan menjadi budak hawa nafsunya, jadi ia tidak bebas. Ia menjelaskan bahwa jiwa manusia, di dalam jiwa Ilahi, menuju kepada kebaikan tanpa rintangan, dan itu dilakukan dengan bebas. Memilih kebaikan berarti jiwa itu bebas karena kebaikan merupakan perintah Tuhan dan tidak akan terkena hukuman baik di dunia maupun di alam Ilahiyah. Sementara dalam melakukan kejahatan berarti ia menuju ketidakbebasan karena hukum kausalitas di alam maupun di Ilahiyan akan membalas apa yang telah dikerjakan. Plotinus mengatakan, untuk memperoleh kemampuan memilih yang baik kita harus digerakkan oleh cinta.
Mula-mula kita mencintai objek yang nyata, terakhir kita mencintai sumber segala cinta yaitu esensi yang immaterial. Keindahan begitu juga. Ia memiliki pengertian spiritual, karena itu estetika dekat sekali dgn kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman bersama Tuhan. Ada semacam skala yang menarik mengenai keindahan, mulai dari keindahan yang bersifat inderawi, naik ke emosi, kemudian ke susunan alam semesta yang imaretial. Jadi, keindahan bertingkat mulai dari keindahan inderawi sampai kepada keindahan Ilahiah menikmati keintiman bersama Nya dengan perenungan bersatu bersama Tuhan dan melupakan segala pun yang ada di dunia.
Bersatu dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotinus ialah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama mengenal Alam melalui alat indera. Dengan ini kita akan mengenal keagunga tuhan dengan karya-karyanya yang dicipatkan di muka bumi. Dengan mengenal keagungan Tuhan kita akan menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa Ilahi. Jadi, perenungan itu dimulai dari perenungan tentang Alam mrnuju jiwa Ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian kepada yang satu. Dalam perenungan yang terakhir, itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara yang merenung dengan yang direnungkan.
Yang hendak dicapai adalah prinsip realitas, itu ada ada di dalam yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada kita, itu merupakan kebijaksanaan pada diri kita dari Tuhan. Dimanapun engkau berada engkau akan berahdap dengan keberadaan Tuhan. Engkau akan merasakan Tuhan ada pada dirimu. Dengan cara ini jiwa kan sampai kepada prinsip realitas, demikian kata Plotinus. Pada tingkat terakhir ini tidak akan ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kesadaran tentang ruang dan waktu. Tidak ada lagi kesadaran ttg kejamakan, keadaan itu mengatasi semua kategori. Namun itu keadaan suatu yang jarang terjadi yang bisa dilakukan oleh manusia, Plotinus pun hanya mengalami beberapa kali.
Kedudukan Plotinus
Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut neo-Platonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan anama Plato, yang ajarannya diperbaruinya dengan menggunakan nama Neo-Platonisme. Pengaruhnya jelas besar dalam ajaran teologi Kristen, juga padsa renaissance. Mungkin semua filosof mementingkan suara hati (iman) dapat dikatakan dipengaruhinya, seperti Goethe, Kant, dan banyak lagi yang lain.
Kosmologi Plotinus termasuk tinggi, terutama daloam hal kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya, usahanya untuk memahami realitas spiritual cukup gigih. Nanti, bila anda membaca Augustinus, anda akan merasakan banyak persamaan antara keduanya, dana nada akan sulit menetapkan siapa yang lebih kuat argumennya. Mungkin Augustinus banyak sekali dipengaruhi oleh Plotinus. Salah satu teori yang populer dihasilkan oleh Plotinus adalah teori emanasi. Tidak ada teori sebelum itu sebelum ia mengemukakannya.
Teori emnasi ini adakah tentang penciptaan, Plotinus beranggapan bahwa Yang Esa adalah Yang paling awal, sebab pertama. Disnilah mulailah teori penciptaan itu yang terkenal dengan emanasi. Tujuan dari teori emanasi ini adalah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluk) ini tidak menimbulkan pengertian bahwa di dalam Yang Esa ada pengertian yang banyak. Teori emanasi ini tidak menimbulkan pengertian bahwa Tuhan itu sebanyak makhluk. Alam semesta ini diciptakan melalui proses emanasi. Emanasi itu berlangsung tidak di dalam waktu. Emanasi itu laksana cahaya yang beremanasi dari matahari.
Begitulah pembahasan ringkas penulis, saran dan kritik sangat dibtuhkan. Untuk lebih detailnya bisa baca buku Filsafat Umum karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
Kekurangan hanyalah miliki penulis dan kelebihan hanyalah milik Allah SWT.
Pesan Moral
Tokoh-tokoh filsuf dalam dunia Filsafat patut dipelajari bagi kalangan Mahasiswa. Why? Karena mereka para filsuf-filsuf terdahulu memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perubahan dunia baik secara akal (Pikiran) dan aktualisasi dalam tatanan kehidupan. Disisi lain belajar Filsafat akan memberikan cara berfikir mahasiswa dalam berbagai sudut pandang dalam kebebasan berfikir. Salah satu hilangnya kebijaksanaan dalam diri manusia adalah malas berfikir lebih mendalam. Penulis ingin merefleksikan pemahaman seorang tokoh filsafat di abad pertengahan yaitu Plotinus.
Kehidupan Plotinus
Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas, selama 11 tahun. Pada umur 40 tahun ia pergi ke Roma. Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Tahun 270 ia meninggal di Minturnae, Campania, Italia. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set, tiap set berisi 9 karangan, masing-masing set itu disebut ennead, seluruhnya ada 6 ennead.
Ennead pertama berisi masalah etika, mengenai masalah kebajikan, kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan, kejahatan, dan masalah pencabutan dari kehidupan. Ennead kedua membicarakan fisik alam semesta, tentang bintang-bintang, potensialitas, aktualitas, sirkulasi, gerakan, kualitas dan bentuk, juga berisi kritik pedas terhadap gnostisisme. Ennead ke tiga berisi implikasi filsafat ttg dunia, seperti masalah iman, kuasa tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam. Ennead ke empat berisi ttg sifat dan fungsi jiwa yaitu ttg imortalitas jiwa, penginderaan, dan ingatan. Ennead ke lima berisi ttg pembahasan ttg roh ketuhanan, diterangkan ajaran idea. Dan yang terakhir ennead ke enam berisi ttg topik seperti kebebasan kemauan, ttg ada yang menjadi realitas.
Tentang Jiwa
Untuk memahami filsafat Plotinus kita harus memahami filsafatnya ttg jiwa. Menurutnya jiwa adalah kekuatan Iilahiyah sebagai sumber kekuatan manusia. Alam semesta berada di dalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kuantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat dibagi. Jiwa setiap manusia itu berbeda maka dari itu jiwa itu merupakan tunggal dan setiap manusia memiliki jiwa masing-masing. Namun diantara jiwa itu ada kesatuannya.
Jiwa yang satu masuk kesegala sesuatu yang berjiwa tetapi tidak membelah dirinya. Jiwa berada di tempat badan, ajaran Plotinus mengajarakan bahwa jiwa itu sudah ada sebelum adanya badan. Jiwa yang bersih tidak ada lagi ikatannya dengan dunia, ia akan kembali menyatu dengan Tuhan. Jiwa sebagian itu berasal dari Tuhan, maka dari itu manusia memiliki akal dalam berfikir di dalam jiwanya sebagai makhluk yang berjiwa pemikir menuju Ilahiyah.
Jiwa yang kotor harus hidup kembali ke dalam kehidupan yang lebih rendah seperti orang jahat, pada hewan ataupun tumbuhan sesuai dgn tingkatan jiwa tsb. Menurut ajaran Plotinus jiwa yang dikatakan tinggi itu adalah berkontlempasi bersama Tuhan, Tuhan hanyalah yang di fikirkan dan lepas dari semua yang ada di muka bumi ini. sementara jiwa yang dikatakan masih rendah yaitu ingatannya hanya kepada sesame manusia, tumbuhan, hewan atau yang ada di muka bumi ini.
Etika dan Estetika Plotinus
Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya ttg politik. Ia mengatakan bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik. Tidak seperti pengikutnya, Augustinus misalnya, Plotinus tidak begitu menganggap tinggi kehidupan pertapa, perenungan itulah yang lebih penting. Seperti Budha, ia mencari pencerahan spiritual. Dalam persoalan ini Plotinus mengatakan manusia memiliki kebebasan. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan dalam melakukan kebaikan sesuai dengan ajaran agama.
Manusia jahat akan menjadi budak hawa nafsunya, jadi ia tidak bebas. Ia menjelaskan bahwa jiwa manusia, di dalam jiwa Ilahi, menuju kepada kebaikan tanpa rintangan, dan itu dilakukan dengan bebas. Memilih kebaikan berarti jiwa itu bebas karena kebaikan merupakan perintah Tuhan dan tidak akan terkena hukuman baik di dunia maupun di alam Ilahiyah. Sementara dalam melakukan kejahatan berarti ia menuju ketidakbebasan karena hukum kausalitas di alam maupun di Ilahiyan akan membalas apa yang telah dikerjakan. Plotinus mengatakan, untuk memperoleh kemampuan memilih yang baik kita harus digerakkan oleh cinta.
Mula-mula kita mencintai objek yang nyata, terakhir kita mencintai sumber segala cinta yaitu esensi yang immaterial. Keindahan begitu juga. Ia memiliki pengertian spiritual, karena itu estetika dekat sekali dgn kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman bersama Tuhan. Ada semacam skala yang menarik mengenai keindahan, mulai dari keindahan yang bersifat inderawi, naik ke emosi, kemudian ke susunan alam semesta yang imaretial. Jadi, keindahan bertingkat mulai dari keindahan inderawi sampai kepada keindahan Ilahiah menikmati keintiman bersama Nya dengan perenungan bersatu bersama Tuhan dan melupakan segala pun yang ada di dunia.
Bersatu dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotinus ialah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah pertama-tama mengenal Alam melalui alat indera. Dengan ini kita akan mengenal keagunga tuhan dengan karya-karyanya yang dicipatkan di muka bumi. Dengan mengenal keagungan Tuhan kita akan menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa Ilahi. Jadi, perenungan itu dimulai dari perenungan tentang Alam mrnuju jiwa Ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian kepada yang satu. Dalam perenungan yang terakhir, itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara yang merenung dengan yang direnungkan.
Yang hendak dicapai adalah prinsip realitas, itu ada ada di dalam yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada kita, itu merupakan kebijaksanaan pada diri kita dari Tuhan. Dimanapun engkau berada engkau akan berahdap dengan keberadaan Tuhan. Engkau akan merasakan Tuhan ada pada dirimu. Dengan cara ini jiwa kan sampai kepada prinsip realitas, demikian kata Plotinus. Pada tingkat terakhir ini tidak akan ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kesadaran tentang ruang dan waktu. Tidak ada lagi kesadaran ttg kejamakan, keadaan itu mengatasi semua kategori. Namun itu keadaan suatu yang jarang terjadi yang bisa dilakukan oleh manusia, Plotinus pun hanya mengalami beberapa kali.
Kedudukan Plotinus
Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut neo-Platonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan anama Plato, yang ajarannya diperbaruinya dengan menggunakan nama Neo-Platonisme. Pengaruhnya jelas besar dalam ajaran teologi Kristen, juga padsa renaissance. Mungkin semua filosof mementingkan suara hati (iman) dapat dikatakan dipengaruhinya, seperti Goethe, Kant, dan banyak lagi yang lain.
Kosmologi Plotinus termasuk tinggi, terutama daloam hal kedalaman spekulasinya dan daya imajinasinya. Pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya, usahanya untuk memahami realitas spiritual cukup gigih. Nanti, bila anda membaca Augustinus, anda akan merasakan banyak persamaan antara keduanya, dana nada akan sulit menetapkan siapa yang lebih kuat argumennya. Mungkin Augustinus banyak sekali dipengaruhi oleh Plotinus. Salah satu teori yang populer dihasilkan oleh Plotinus adalah teori emanasi. Tidak ada teori sebelum itu sebelum ia mengemukakannya.
Teori emnasi ini adakah tentang penciptaan, Plotinus beranggapan bahwa Yang Esa adalah Yang paling awal, sebab pertama. Disnilah mulailah teori penciptaan itu yang terkenal dengan emanasi. Tujuan dari teori emanasi ini adalah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluk) ini tidak menimbulkan pengertian bahwa di dalam Yang Esa ada pengertian yang banyak. Teori emanasi ini tidak menimbulkan pengertian bahwa Tuhan itu sebanyak makhluk. Alam semesta ini diciptakan melalui proses emanasi. Emanasi itu berlangsung tidak di dalam waktu. Emanasi itu laksana cahaya yang beremanasi dari matahari.
Begitulah pembahasan ringkas penulis, saran dan kritik sangat dibtuhkan. Untuk lebih detailnya bisa baca buku Filsafat Umum karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
Kekurangan hanyalah miliki penulis dan kelebihan hanyalah milik Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar