Hubungan Covid 19 antara Ikhtiar dan Takdir

Ketiga item pokok sub judul di atas tersebut merupakan suatu segmen yang tidak dapat di pisahkan. Covid 19, ikhtiar dan takdir jika dilihat dalam perspektif ilmu agama merupakan komponen yang saling terikat. Kita ketahui virus Covid 19 ini menurut dari berbagai pakar awal muncul pertama kali di negeri China tepatnya di Kota Wuhan pada desember 2019 dan menyebar ke seluruh dunia internasional salah satu-nya adalah dialami oleh Indonesia yang sangat dirasa terkenak dampak-nya. Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid 19.  Hingga saat ini Indonesia masih berada di tengah pusaran Covid 19 yang menjadi momok menakutkan bagi bangsa. Virus yang bisa masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung atau mata sedang orang yang tertular dapat memindahkannya ke orang lain seperti melalui percikan/cairan/partikel yang dikeluarkan dari mulut, contoh seperti bersin-bersin kemudian dikeluarkan dan terkena ke orang-orang sekitar. Kemudian virus akan dapat menempel baik dapat menempel ke baju hingga yang fatal terkena hidung kemudian dihirup ke saluran pernafasan. Hal seperti ini virus akan mudah menyebar terhadap saluran pernapasan apalagi dalam menjalani interakasi sosial secara kerumunan. Akibat dampak Covid 19 sangat dirasakan oleh manusia dari seluruh lapisan. Karena virus ini menular tidak memandang bulu maupun RAS dari golongan mana ia berasal, bahkan pangkat sekalipun. Di Indonesia sendiri sudah menerapkan berbagai kebijakan langkah dari pemerintah untuk memutus mata rantai virus ini. Mulai dari PSBB seperti penutupan tempat-tempat yang berpotensi kerumunan seperti sektor pendidikan, pariwisata, karantina wilayah, bahkan tempat-tempat ibadah pun turut di tutup di berbagai daerah terutama yang berada zona darurat Covid 19. Akan tetapi meskipun demikian hingga hari ini tercatat virus corona masih memprihatinkan. Dikutip dari Kompas.Com dan Tirto.Id hingga hari senin 8 juni 2020 total kasus terkonfirmasi positif virus sebanyak 32,033 dengan dirawat di RS sebanyak 19, 246, meninggal sebanyak 1.883 dan sembuh sebanyak 10.904. Angka ini bukan angka yang sedikit mengingat korban jiwa yang sudah terpapar maupun yang meninggal masih memprihatinkan. Yang pasti semua negara termasuk Indonesia tidak menginginkan SDM (Sumber Daya Manusia)-nya di suatu negara mengalami bencana seperti kematian. Mengingat manusia sebagai SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa merupakan aset utama yang dimiliki oleh bangsa dalam mengaktori peradaban dan berjalannya suatu bangsa yang merdeka dan berdiri di atas tanah sendiri. Tetapi virus yang tidak di undang ini mampu memporak-porandakan tatanan umat manusia pada khusus-nya sehingga mau tidak mau berbagai upaya dan pola kehidupan baru dipaksa untuk berubah secara drastis demi berikhtiar memutus rantai virus corona ini.

Hal ini semua dilakukan demi pula melindungi diri, keluarga hingga bangsa yang lebih kompleks. Menyikapi hal ini sebagai umat manusia khususnya umat Islam harus bijak memandang bencana non alam akibat virus Covid 19. Umat Islam meyakini bahwa setiap peristiwa tentu sudah di atur di tangan Allah. Sebab hukum kausalitas menjadi keimanan dan ketakwaan seorang hamba bahwa setiap bencana pasti ada hikmah dibalik-nya. Ikhtiar yang di dasari atas keimanan dan ketakwaan hamba kepada-Nya meyakni bahwa Covid 19 merupakan ujian yang diberikan oleh Allah agar manusia kembali ke jalan yang lurus. Yang jelas di dalam Islam semua kejadian seperti berupa musibah pasti ada jalan keluarnya. QS. Alam Nasyroh: 5-8 berbunyi “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap ”. Juga, H.R Al-Bukhari no. 5318 berbunyi “Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelehan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan melainkan Allah menghapuskan darinya segala kesalahan dan dosa, hingga duri yang menusuknya juga menjadi pengahapus dosa “. Kedua ayat dan hadist di atas menjadi pisau keimanan kekuatan bagi umat muslim bahwa setiap yang terjadi khususnya Covid 19 pasti ada jalan keluar dan hikmah di balik peristiwa tersebut. Berdasarkan keterangan ayat dan hadist tersebut tentu umat muslim tidak hanya tinggal diam dalam arti-an tidak ada ikhtiar untuk mencari jalan keluar sebagai langkah ibadah kita atas ketakwaan terhadap agama Allah dan Negara demi memutus rantai penyebaran Covid 19. Yang jelas dibutuhkan ikhtiar bagi umat islam. Ikhtiar sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya sama dengan berusaha. Secara istilah ikhtiar dikatakan segala bentuk perilaku atau perbuatan manusia untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya baik material, spiritual, kesehatan dan masa depannya agar tujuan hidupnya terpenuhi. Sama hal-nya menghadapi akibat musibah Covid 19. Umat islam diwajibkan untuk tetap berikhtiar dalam memutus rantai Covid 19. Dengan cara seperti apa? Iya, kita harus kenali seperti kelemahan Covid 19. Diantaranya seperti menggunakan masker, jaga jarak/hindari tempat kerumunan, selalu rajin cuci tangan, menjaga imun/stamina kondisi tubuh hingga menjaga pola aktivitas hidup dan konsumsi makanan sehari-hari hingga yang paling penting adalah selalu berdoa kepada Allah meyakini bahwa semua tidak dapat terselesaikan tanpa rido-Nya. Karena dengan berdoa dapat meningkatakan ketenangan batin dan jiwa kita selain bernilai pula dapat bernilai ibadah. Hal demikian merupakan kelemahan dari Covid 19, berdasarkan pakar kesehatan pola-pola tersebut sangat efektif untuk memutus rantai virus ini karena selain berikhtiar mengubah pola hidup, menjaga ketenangan jiwa juga sangat penting seperti semakin mendekatkan diri terhadap Sang Pencipta. Selain ikhtiar umat islam harus pula meyakini takdir, mengapa? Karena ikhtiar dan takdir ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manusia hanya bisa berencana, mengerjakan dan selebihnya Allah-lah yang menentukan. Sebagai umat islam, pertama sekali kita adalah yakin yang terjadi di atas alam (baik atau buruk) bahwa semuanya merupakan takdir dan ketentuan dari-Nya. Kalau hal ini kita tidak yakini maka iman kita tidak sempurna bahkan rusak. Selanjutnya dalam hubungan dengan fenomena musibah virus ini bahwa diyakini pula semua terjadi karena bagian dari ulah manusia, maka wajib untuk intropeksi diri. Intropeksi diri berarti menyadari bahwa semua yang terjadi bisa disebabkan oleh ulah manusia yang melanggar syariat-Nya.

Maka dengan intropeksi diri akan mengalir terhadap implementasi ikhtiar manusia untuk keluar dari musibah virus Covid 19. Takdir secara bahasa adalah menetapkan segala sesuatu, atau menerangkan kadar atas sesuatu. Menurut istilah agama takdir bisa dimaknai segala sesuatu yang telah di tetapkan oleh Allah. Maksdu-nya adalah segala sesuatu yang akan terjadi maupun yang sudah terjadi, seluruhnya dikembalikan kepada kehendak dan ketetapan Allah yang telah dicatat dalam kitab Lauh al-Mahfuzh. Di dalam kitab tersebut telah dicatat segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Tetapi meskipun demikian kalimat tersebut bukan lantas dipahami secara jabariyah yaitu memandang segala sesuatu telah diatur oleh Allah sehingga tidak ada ruang ikhtiar bagi manusia. Akibatnya manusia enggan berusaha dan menganggap semuanya telah selesai dan diatur oleh takdir-Nya. Manusia tetaplah wajib menjemput takdir dari Allah dengan jalan ikhtiar. Karena segala sesuatu yang akan terjadi dan belum kita ketahui wajib bagi kita selaku manusia yang diberikan akal untuk berfikir agar dapat merencanakan ke jalan yang lebih baik. Mengutip perkataan Prof. DR Iswandi Syahputra, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ada 3 konsep penting keyakinan umat islam yang saling berelasi dan dapat digunakan secara simultan (bersamaan) bukan parsial (terpisah, dikotomi) saat umat islam beriman dalam menghadapi penyebaran virus Covid 19 yaitu ikhtiar, sabar dan tawakal. Relasi ke 3 konsep tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :

a)Sabar dan tawakal itu ada dalam ikhtiar, bukan di luar ikhtiar. Sabar dan tawakal tanpa ikhtiar akan menghilangkan fungsi manusia sebagai khalifah kehidupan
b)Tawakal dan ikhtiar itu harus dengan kesabaran, bukan di luar kesabaran. Tawakal dan ikhtiar tanpa sabar, menjadikan manusia tidak lulus ujian
c)Ikhtiar dan sabar itu harus dibalut tawakal, bukan di luar tawakal. Ikhtiar dan sabar tanpa tawakal akan membuat kita manusia menjadi sombong

Hubungan ikhtiar dan takdir Allah di tengah virus Covid 19 ini harus diiringi dengan implementasi diri dalam memutus rantai penyebaran Covid 19. Sebagai umat islam kita meyakini Allah Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam kehidupan di dunia, manusia mengalami pasti banyak musibah yang tidak dapat dihindari seperti virus Covid 19 ini. Ada diantaranya yang tak dapat ditolak seperti kematian, kiamat, bencana alam, dan lain sebagainya. Sebab begitulah hukum kausalnya. Namun, ada pula di antara hal-hal itu yang dapat diupayakan agar dapat dihindari. Disanalah letak ikhtiar diantara takdir seperti apa yang kita alami di tengah virus yang masih melanda. Misalnya berikhtiar dalam memutus rantai penyebaran Covid 19 dengan mengimplementasikan himbauan-himbauan dari protokol kesehatan dan pemerintah, misal gunakan masker apabila keluar rumah, jaga jarak, selalu cuci tangan, menjaga imun/stamina tubuh, hingga menjaga kondisi ketenangan jiwa kita yang dapat diperoleh dengan jalan spiritual keagamaan, seperti perbanyak berdzikir dan mendekatkan diri terhadap-Nya, memohon agar virus Covid 19 dapat segera menghilang dari bumi pertiwi ini. Selain itu tidak kalah penting pemerintah harus bijaksana dalam mengambil langkah-langkah kebijakan dalam upaya memutus rantai virus Covid 19. Sesuatu kebijakan yang dikeluarkan harus didasarkan atas keikhlasan dan kebijaksanaan sebagai manusia yang berhamba kepada Tuhan dan sangat memihak terhadap kaum-kaum lemah yang sangat membutuhkan uluran tangan bersama. Tentu menjadi tugas bersama bagi penduduk bumi khususnya penduduk Indonesia dalam memutus rantai Covid 19, dari seluruh elemen terutama bagi mereka-mereka yang memiliki bekal jiwa atas dasar keikhlasan dan harta yang lebih dan cukup untuk membantu sesama bagi mereka yang terkena dampak besar akibat Covid 19. Karena dengan keiklahsan-lah, ikhtiar dan takdir akan menjadi bekal bersama dalam menyongsong kehidupan yang lebih mulia disisi-Nya dan yang paling penting bekal untuk kehidupan selanjutnya yakni di akhirat. Semoga lekkas sembuh bumi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Mahasiswa Baru dengan Berorganisasi dan Selektif Memilih

Revitalisasi semangat juang perkaderan menuju arah juang hmi kedepan

Awas Bucinisme